Saya pernah merasakan hal yang tidak mengenakan dalam hidup ini dan
ingin berbagi pengalaman kepada Sahabat semuanya.
Suatu waktu saya merasa asing di lingkungan yang saya tempati.
Seakan-akan semua orang yang ada di lingkungan saya tidak menganggap
saya ada. Di kampus, di rumah, dan di jalan saya merasa sendiri. Dan
memang benar orang-orang pun sedikit enggan untuk menyapa dan berbicara
dengan saya, mereka menjauhi saya.Saya tidak tahu kenapa hal ini terjadi, pada saat itu yang ada di
pikiran saya hanya segudang masalah yang menumpuk. Masalah yang membuat
pikiran terasa buntu, membuat napas terasa sesak. Dalam hal ini, saya
tidak bisa menceritakan masalah apa yang saya hadapi karena saya malu.Saya malu karena setelah benar-benar saya renungkan ternyata masalah
yang saya hadapi sangatlah sepele, hanya saja pikiran saya yang terlalu
mendramatisir keadaan sehingga seakan-akan sayalah orang yang paling
menderita di dunia.
Kejadian ini saya renungkan baik-baik, kenapa lingkungan yang kudiami
seakan-akan menjauh dari kehidupanku? Dan setelah beberapa hari membuat
catatan harian tentang keluh-kesah saya, saya baca kembali dan ternyata
hampir 90% isinya tentang perasaan negatif. Saya pun sadar dan menarik
sebuah pelajaran penting akan hal ini. Ternyata, ada dua faktor yang
bekerja dalam keadaan ini. Faktor itu adalah faktor internal dan faktor
eksternal diri saya.
Faktor internal yang berpengaruh adalah "aura" tubuh. Saya sadar ketika
seseorang mengalami kesedihan yang didramatisir, maka kesedihan itu akan
terpancar ke dalam tindakan kesehariannya. Kepala akan tertunduk ke
bawah, berjalan dengan gaya yang lunglai, berbicara hanya sepatah dua
patah kata, punggung membungkuk dan yang menjadikan masalah saya semakin
buruk adalah saya menutup diri dari lingkungan. Dari semua gerak-gerik
tubuh yang seperti ini, akan mendapatkan respons dari orang yang
melihat. Dan saya yakin sekali respons yang didapat pun merupakan
respons yang negatif.
Sebagian orang akan merasa bosan dan malas apabila berbicara dengan
orang yang memiliki aura negatif seperti ini. Mungkin inilah yang
menyebabkan orang-orang menjauhi saya. Yah, apabila kita memancarkan
aura negatif, kebaikan akan menjauh dari kita. Namun apabila kita
memancarkan aura positif, maka kita akan menjadi orang yang
menyenangkan. Berbicara tanpa beban, berjalan dengan percaya diri. dan
orang lain akan merasakannya, sehingga mereka akan memberikan respons
yang juga positf kepada kita.
Faktor kedua adalah faktor eksternal, yaitu hal-hal yang terjadi di luar
tubuh kita, seperti kondisi psikologis orang lain, kondisi cuaca,
perekonomianm dan lain-lain. Orang lain atau lingkungan akan menganggap
kita ada, ketika kita memberikan manfaat kepada mereka. Kita tidak bisa
memaksakan apa-apa kepada orang lain. Yang saya sadari adalah lingkungan
itu bersifat pasif terhadap kita, maka itu kitalah yang harus aktif.
Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyayangi kita, tidak bisa
memaksa mereka untuk memberikan apa yang kita inginkan. Yang hanya bisa
kita lakukan adalah mencoba memperbaiki diri agar bisa bermanfaat bagi
lingkungan dan mendapatkan respons yang baik dari mereka.
Dari dua faktor yang berpengaruh tadi, yang paling bisa saya pengaruhi
adalah faktor internal diri saya. Dan saya pun fokus untuk mengubah aura
negatif saya menjadi aura positif. Saya awali dengan mengubah sudut
pandang perasaan saya. Apabila sebelumnya dalam menghadapi masalah, saya
fokus kepada keluhan/kesedihan, maka sekarang saya fokus pada manfaat
yang ada di dalamnya. Saya belajar untuk mensyukuri apa yang saya
miliki. Setelah beberapa hari memperbaiki aura tubuh, saya pun merasa
lebih bahagia. Dan ketika bertemu orang lain pun saya merasa lebih
santai untuk menyapa mereka. Akhirnya perlahan-lahan lingkungan yang
sebelumnya saya rasakan sepi berubah menjadi ramai. Ternyata, saya
sendirilah yang menciptakan masalah tersebut.
Jadi ternyata, "Lingkungan sangat bergantung pada sikap kita
terhadapnya. Jika keberadaan kita ingin diakui oleh orang lain, maka
berikan manfaat bagi mereka. Buatlah diri kita menjadi individu yang
simpatik; apabila tidak ada kita dirindukan, dan apabila ada kita
didengarkan."
Yang saya lakukan untuk mengubah aura negatif menjadi positif:
1. Ubah makna dari sudut pandang kejadian. Dari makna negatif menjadi
makna yang lebih bermanfaat.
2. Mensyukuri apa yang dimiliki.
3. Memperbanyak gerakan tubuh/olahraga untuk memperlancar aliran darah.
4. Sering-seringlah tersenyum bahagia.
5. Belajar untuk memahami kesulitan orang lain untuk mengasah empati dan
meningkatkan rasa syukur.
6. Tidak menutup diri ketika menghadapi masalah yang pelik, sebaiknya
diskusikan dengan orang yang dipercaya.
7. Fokus pada perbaikan diri.
8. Mendekatkan diri pada Tuhan.
"Tidak ada jalan yang terbaik dalam menghadapi kesulitan hidup selain
tetap berpikir dan bertindak positif dalam menghadapinya. Bukan dengan
cara menyalahkan hal di luar tubuh, melainkan memperbaiki apa yang
terjadi pada diri kita."
SUMBER: Firman Erry PRobo - andriewongso.com