29 September 2012

Kontroversi Film “The Innocence of Muslims” Sebuah Bentuk Provokasi yang Disengaja

Oleh: Supriadi Purba

Tidak hanya kali ini saja muncul film kontroversi dari Negeri Paman Sam kaitan dengan film yang bernuansa provokatif terhadap umat beragama. Mungkin kita masih mengingat film karya Den Brown yang menceritakan tentang Yesus menikah dengan seorang wanita yang kemudian memiliki keturunan. Sebuah film yang mengguncang dunia khususnya masyarakat Kristen Internasional. Film tersebut bahkan mendapatkan posisi Box Office dan peringkat pertama dalam tangga film Internasional. Apa yang kita bisa ambil dari film tersebut?, pertanyaan yang kemudian membuat kita tidak terprovokasi, yang akan membuat kita mengambil jalan protes tetapi mengutamakan damai tanpa kekerasan.
Dunia kembali tercengang dengan film kontroversi The Innocence of Muslims, bahkan sudah memakan korban jiwa akibat pemutaran film yang menghina nabi Muhammad junjungan Umat Islam. Film arahan Sam ini memicu kemarahan umat Muslim di seluruh dunia. Puncaknya adalah protes berdarah yang terjadi di Benghazi, Libya. Duta Besar Amerika Serikat dan tiga pegawainya tewas setelah kantornya diroket pihak pemrotes. Sebuah bentuk reaksi warga yang merasa terhina dengan keberadaan film tersebut. Tetapi satu hal yang kemudian bisa diambil dari penyerangan ini adalah resiko Amerika Serikat sebagai negara yang meproduksi film tersebut, walau kemudian hal ini tentu tidak patut didukung karena telah menghilangkan nyawa manusia yang mungkin juga menentang film tersebut.
Apa yang terjadi di Libya dan Mesir adalah bentuk reaksi dari para pemrotes film tersebut. Banyak yang bisa diambil sebagai bagian dari hal penting agar peristiwa serupa tidak terjadi di Indonesia. Kaitan dengan protes keras memang tidak bisa disalahkan, hak warga umat Muslim akibat telah merasa terhina dengan adanya film tersebut. Tetapi satu hal yang penting adalah jangan ada gejolak yang sampai memakan korban jiwa. Produsernya dan pihak yang berada dibelakang produksi film tersebut mungkin akan tertawa dan senang bahwa film yang mereka ciptakan membuat dunia bergejolak. Sama-sama harus kita mengetahui bahwa pembuata film itu disengaja, ingat tidak mungkin film itu ada kalau itu tidak memancing amarah warga Muslim dunia. Kesengajaan ini bisa dilihat dari para pembuat film tersebut belum sepenuhnya diketahui siapa, walaupun dugaan sementara mereka itu adalah warga negara Amerika Serikat.
Khusus di Indoensia yang merupakan negara dengan jumlah umat Muslim terbesar di dunia diharapkan menyikapi film tersebut dengan damai tanpa menggunakan kekerasan. Hal yang lebih mantap dan bijaksana adalah bagaimana pemerintah melalui Presiden SBY untuk melakukan protes langsung kepada Pemerintah Amerika Serikat. Protes serius, bukan protes setengah hati layaknya seperti protes-protes terhadap peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah dilakukan oleh negeri Paman Sam tersebut.
Hal lain yang harus dilakukan pemerintah adalah mencoba untuk menghentikan pemutaran film tersebut dengan segala kontrovesi didalamnya. Sudah terlalu sering Amerika Serikat membuka bara konflik atau bara protes yang kemudian membuat masyarakat dunia marah dan bertindak anarkis. Jangan-jangan ini adalah strategi Amerika Untuk mengadu domba dunia dengan segala keberagaman didalamnya. Siapa tahu?
Menyikapi Dengan Damai dan Bijaksana
Di beberapa media nasional dan internasional minggu ini memberitakan terhadap respon masyarakat Mesir dan Libya yang memakan korban jiwa akibat film kontroversi tersebut. Tidak tanggung-tanggung, korban jiwa yang meninggal tersebut adalah orang Amerika Serikat nomor satu di Lybia. Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya beserta dengan staf-stafnya yang kebetulan sedang berada dalam lokasi aksi masyarakat. Roket yang diluncurkan dari luar mengenai korban dan kemudian meninggal ditempat pada saat kejadian.
Protes keras warga di Libya merupakan protes terkeras hingga hari ini. Kalau dilihat dari kontroversi film tersebut maka akan berlangsung di semua negara terkhusus di Negeri Timur Tengah dan negara yang mayoritas Muslim di belahan dunia. Di Indonesia Ratusan anggota Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat, memprotes film  Innocence of Muslims yang dituduh menghina Islam.
Juru Bicara Hizbut Tahril Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto mengatakan pihaknya menuntut pemerintah Amerika Serikat untuk segera menghentikan peredaran film itu dan menghancurkan aslinya sehingga film tersebut tidak dapat disebarkan lagi.
Selain itu, Hizbut Tahrir juga mendesak agar pemerintah Amerika menghukum pembuat film tersebut.
Komitmen Presiden Amerika Barack Obama yang menghormati agama Islam harus dibuktikan saat ini. Hizbut Tahrir Indonesia kata Ismail tidak terima ada pihak menghina Nabi Muhammad dengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi. Ismail Yusanto mengatakan, “Menghukum pembuat film itu. Sutradaranya, Aktornya, Aktrisnya krunya. Inilah saatnya untuk menunjukan hormat itu,a da warganya yang menghina Nabi Muhammad , dia harus tindak warga itu sebagai bukti bahwa dia respect terhadap agama Islam dan Nabi Muhammad.”
Ketua Moderate Muslim Society Zuhairi Misrawi menilai aksi protes film Innocence of Muslims yang dilakukan sejumlah negara termasuk Indonesia sangat berlebihan karena mereka telah menganggap bahwa film tersebut adalah potret dari sikap pemerintah Amerika. Dia juga menyayangkan aksi protes film tersebut sampai menewasakan Duta Besar Amerika Serikat di Libya. Tindakan tersebut kata Zuhairi mencitrakan bahwa umat Islam belum mampu menggunakan cara-cara yang elegan dalam menyikapi kebebasan berekspresi yang berkembang di dunia barat saat ini yang dibutuhkan saat ini kata Zuhairi adanya saling menghargai antara dunia barat dan dunia Islam (Voice Of America, Sabtu, 15 September 2012).
Mudah-mudahan aksi yang dilakukan oleh HTI diikuti juga oleh masyarakat lainnya. Aksi damai merupakan aksi nyata yang akan mengguncang Amerika Serikat atas sikap dan kontroversi yang dilakukan oleh warga negara-nya. Sikap HTI merupakan bentuk wujud protes keras akibat produser film tidak memahami reaksi masyarakat yang ditimbulkan oleh film tersebut. Mudah-mudahan tidak ada lagi kejadian yang serupa dengan peristiwa protes terhadap film kontroversi arahan warga Amerika tersebut seperti di Libya.
Semoga juga Amerika Serikat mengambil sikap bijaksana terkait dengan aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat Muslim dunia. Terkait dengan tuntan dan reaksi adalah wujud dari kenyataan yang dilakukan oleh pembuat film kontroversi tersbut. Tuntutan masyarakat terhadap penghentian produksi dan pemberian hukuman bagi pelaku pembuatan film layak dipertimbangkan Negera Amerika Serikat untuk terwujudnya perdamaian dunia tanpa kekerasan.
Penulis adalah Koordinator Solidarity For Human Rights (SA-HAM) dan Bekerja di Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara

Aura Kehidupan

Saya pernah merasakan hal yang tidak mengenakan dalam hidup ini dan ingin berbagi pengalaman kepada Sahabat semuanya. Suatu waktu saya merasa asing di lingkungan yang saya tempati. Seakan-akan semua orang yang ada di lingkungan saya tidak menganggap saya ada. Di kampus, di rumah, dan di jalan saya merasa sendiri. Dan memang benar orang-orang pun sedikit enggan untuk menyapa dan berbicara dengan saya, mereka menjauhi saya.Saya tidak tahu kenapa hal ini terjadi, pada saat itu yang ada di pikiran saya hanya segudang masalah yang menumpuk. Masalah yang membuat pikiran terasa buntu, membuat napas terasa sesak. Dalam hal ini, saya tidak bisa menceritakan masalah apa yang saya hadapi karena saya malu.Saya malu karena setelah benar-benar saya renungkan ternyata masalah yang saya hadapi sangatlah sepele, hanya saja pikiran saya yang terlalu mendramatisir keadaan sehingga seakan-akan sayalah orang yang paling menderita di dunia. Kejadian ini saya renungkan baik-baik, kenapa lingkungan yang kudiami seakan-akan menjauh dari kehidupanku? Dan setelah beberapa hari membuat catatan harian tentang keluh-kesah saya, saya baca kembali dan ternyata hampir 90% isinya tentang perasaan negatif. Saya pun sadar dan menarik sebuah pelajaran penting akan hal ini. Ternyata, ada dua faktor yang bekerja dalam keadaan ini. Faktor itu adalah faktor internal dan faktor eksternal diri saya. Faktor internal yang berpengaruh adalah "aura" tubuh. Saya sadar ketika seseorang mengalami kesedihan yang didramatisir, maka kesedihan itu akan terpancar ke dalam tindakan kesehariannya. Kepala akan tertunduk ke bawah, berjalan dengan gaya yang lunglai, berbicara hanya sepatah dua patah kata, punggung membungkuk dan yang menjadikan masalah saya semakin buruk adalah saya menutup diri dari lingkungan. Dari semua gerak-gerik tubuh yang seperti ini, akan mendapatkan respons dari orang yang melihat. Dan saya yakin sekali respons yang didapat pun merupakan respons yang negatif. Sebagian orang akan merasa bosan dan malas apabila berbicara dengan orang yang memiliki aura negatif seperti ini. Mungkin inilah yang menyebabkan orang-orang menjauhi saya. Yah, apabila kita memancarkan aura negatif, kebaikan akan menjauh dari kita. Namun apabila kita memancarkan aura positif, maka kita akan menjadi orang yang menyenangkan. Berbicara tanpa beban, berjalan dengan percaya diri. dan orang lain akan merasakannya, sehingga mereka akan memberikan respons yang juga positf kepada kita. Faktor kedua adalah faktor eksternal, yaitu hal-hal yang terjadi di luar tubuh kita, seperti kondisi psikologis orang lain, kondisi cuaca, perekonomianm dan lain-lain. Orang lain atau lingkungan akan menganggap kita ada, ketika kita memberikan manfaat kepada mereka. Kita tidak bisa memaksakan apa-apa kepada orang lain. Yang saya sadari adalah lingkungan itu bersifat pasif terhadap kita, maka itu kitalah yang harus aktif. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyayangi kita, tidak bisa memaksa mereka untuk memberikan apa yang kita inginkan. Yang hanya bisa kita lakukan adalah mencoba memperbaiki diri agar bisa bermanfaat bagi lingkungan dan mendapatkan respons yang baik dari mereka. Dari dua faktor yang berpengaruh tadi, yang paling bisa saya pengaruhi adalah faktor internal diri saya. Dan saya pun fokus untuk mengubah aura negatif saya menjadi aura positif. Saya awali dengan mengubah sudut pandang perasaan saya. Apabila sebelumnya dalam menghadapi masalah, saya fokus kepada keluhan/kesedihan, maka sekarang saya fokus pada manfaat yang ada di dalamnya. Saya belajar untuk mensyukuri apa yang saya miliki. Setelah beberapa hari memperbaiki aura tubuh, saya pun merasa lebih bahagia. Dan ketika bertemu orang lain pun saya merasa lebih santai untuk menyapa mereka. Akhirnya perlahan-lahan lingkungan yang sebelumnya saya rasakan sepi berubah menjadi ramai. Ternyata, saya sendirilah yang menciptakan masalah tersebut. Jadi ternyata, "Lingkungan sangat bergantung pada sikap kita terhadapnya. Jika keberadaan kita ingin diakui oleh orang lain, maka berikan manfaat bagi mereka. Buatlah diri kita menjadi individu yang simpatik; apabila tidak ada kita dirindukan, dan apabila ada kita didengarkan." Yang saya lakukan untuk mengubah aura negatif menjadi positif: 1. Ubah makna dari sudut pandang kejadian. Dari makna negatif menjadi makna yang lebih bermanfaat. 2. Mensyukuri apa yang dimiliki. 3. Memperbanyak gerakan tubuh/olahraga untuk memperlancar aliran darah. 4. Sering-seringlah tersenyum bahagia. 5. Belajar untuk memahami kesulitan orang lain untuk mengasah empati dan meningkatkan rasa syukur. 6. Tidak menutup diri ketika menghadapi masalah yang pelik, sebaiknya diskusikan dengan orang yang dipercaya. 7. Fokus pada perbaikan diri. 8. Mendekatkan diri pada Tuhan. "Tidak ada jalan yang terbaik dalam menghadapi kesulitan hidup selain tetap berpikir dan bertindak positif dalam menghadapinya. Bukan dengan cara menyalahkan hal di luar tubuh, melainkan memperbaiki apa yang terjadi pada diri kita." SUMBER: Firman Erry PRobo - andriewongso.com

Bahagia Menjadi Seorang Guru

Quote dari Storm Jameson : "Happiness comes of the capacity to feel deeply, to enjoy simply, to think freely, to risk life, to be needed. - Kebahagiaan berasal dari kapasitas untuk merasakan, menikmati, berpikir bebas, menghadapi risiko hidup, dan menjadi dibutuhkan." Kerabat Imelda...Kebahagiaan adalah ide yang sangat abstrak dan bersifat sangat subyektif. Kebahagiaan dapat terkait dengan tercapainya suatu keinginan atau kebutuhan kita. Tetapi kebahagiaan seorang guru menurut saya sangat terkait dengan tanggung jawabnya mendidik dan mengajarkan nilai-nilai penting dan inspiratif terhadap para siswanya. Ketika seorang guru dapat melakukan beberapa hal berikut ini kemungkinan besar ia dapat memiliki semua sumber kebahagiaan bahkan lebih dari semua yang dipaparkan oleh Storm Jameson tersebut. Seorang guru bahagia karena ia mencintai profesi sebagai pendidik. Ia mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat mendidik para murid, walaupun mungkin kehidupan pribadi mereka sederhana dan jauh dari kemewahan. Seorang guru akan jauh lebih bahagia, jika apa yang telah mereka lakukan tak hanya membuat para murid pintar melainkan menginspirasi bahkan menggerakkan para murid untuk mengubah diri mereka menjadi lebih baik. Mencintai proses pembelajaran dengan memperluas wawasan ilmu pengetahuan melalui berbagai macam buku, seminar, kaset, radio dan lain sebagainya adalah sumber kebahagiaan seorang guru. Karena tanggung jawab seorang guru bukanlah sekadar menjelaskan subyek atau materi pelajaran, melainkan memberikan contoh sikap bahwa kemauan untuk terus belajar dapat meningkatkan kreatifitas dan memaksimalkan potensi diri. Seorang guru akan semakin bahagia jika mampu menginspirasi para siswa belajar lebih giat. Rasa syukur yang besar terhadap Tuhan YME mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Rasa syukur membuat guru lebih bahagia, karena rasa syukur itu membuatnya dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada para muridnya dengan bahasa yang positif pula. Ia akan lebih bahagia jika sikap yang positif serta ilmu pengetahuan yang ia sampaikan menginspirasi para muridnya untuk lebih kreatif dan positif dalam menggunakan ilmu pengetahuan tersebut. Seorang guru akan bahagia jika tidak membebani hidupnya dengan orientasi mendapatkan imbalan. Ia bahagia karena tidak pernah mengharap balas jasa dari murid atas semua yang diberikannya. Ia sudah cukup senang dapat mengabdikan diri untuk membentuk para tunas bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. guru Guru akan bahagia jika berhasil membangkitkan semangat para murid yang nyaris terpuruk karena kehilangan jati diri. Untuk semua itu ia akan rela melakukan apapun, walaupun harus menghadapi banyak kesulitan. Mendampingi dan membentuk anak-anak didik menjadi tegar dan optimis, baginya jauh lebih menyenangkan dibandingkan apa pun juga. Seorang guru bahagia, jika ia menjadi diri sendiri dan tidak membandingkan dengan orang lain. Ia bebas berekspresi sebagai diri sendiri dalam menyampaikan ilmu pengetahuan agar terserap dan bermanfaat bagi anak didiknya. Ia akan berbahagia jika etika yang ia tunjukkan itu dapat menumbuhkan keberanian para murid untuk menjalani kehidupan dengan jujur dan menghargai diri sendiri. Guru bahagia karena ia mencintai murid-muridnya, bagaimanapun keadaan mereka. Ia menikmati saat bersama-sama berjuang melawan keterbatasan diri dengan ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Sebagaimana M. Scott Peck mengatakan, "When we love something it is of value to us, and when something is of value to us we spend time with it, time enjoying it and time taking care of it. - Ketika kita mencintai sesuatu maka itu akan berarti bagi kita. Ketika sesuatu berarti bagi kita, maka kita akan senang menghabiskan waktu untuknya, menikmatinya, dan memeliharanya". Guru yang bahagia adalah guru yang terus memperkaya ilmu pengetahuannya. Dengan demikian ia dapat mengkreasikan metode mengajar, sehingga para murid dapat dengan mudah menyerap ilmu pengetahuan yang ia sampaikan. Semakin luas ilmu yang ia miliki, semakin mudah baginya mengubah kesulitan hidup menjadi anugrah yang membahagiakan. Seorang guru bahagia, karena kehidupannya berjalan seimbang. Keseimbangan tersebut dikarenakan ia mampu memanajemen waktu. Ia dapat menggunakan waktu secara efektif dan proporsional untuk diri sendiri, keluarga, profesi, kegiatan sosial, belajar dan beribadah. Sumber kebahagiaan seorang guru berasal dari dalam dirinya sendiri. Ia bahagia ketika mampu menginspirasikan harapan, kebahagiaan, kekuatan sekaligus nilai-nilai moralitas kepada generasi masa depan. Ia akan lebih bahagia jika para anak didik itu mampu melakukan hal serupa dengan dirinya. SUMBER:Andrew Ho - andriewongso.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites